Minggu, 22 Juli 2012

Renungan


                    MENGENANG KEMBALI TSUNAMI ACEH 2004



**Dengan alasan kebebasan bertingkah laku sebagai ekpresi kebebasan individu, HAM melegalkan praktik yang menyimpang dari Islam seperti seks bebas, homoseksual, lesbian, dan pornografi. Akibatnya, kemaksiatan pun meluas di tengah masyarakat aceh.

Atas dasar kebebasan juga dilegalkan keyakinan dan praktik yang menyimpang dalam Islam. Dengan alasan HAM.(http://www.acehloensayang.com)**
cuplikan diatas bukan tidak berdasar, sungguh disayangkan, kemaksiatan di Aceh tumbuh bagaikan jamur bahkan melebihi sebelum terjadinya tsunami yang terjadi 2004 silam. perbuatan maksiat sudah menjadi kebanggaan tersendiri terutama dikalangan remaja, bahkan dari hasil pengamatan penulis praktik maksiat tidak hanya berlaku di daerah perkotaan saja. bahkan sekarang mulai merambah ke daerah pedesaan meskipun masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi, mereka tidak lagi merasa takut karna ada HAM yang akan melindungi mereka dari jeratan hukum syari'at.

saudaraku setanah air(aceh khususnya), tsunami episode 1 sudah terjadi janganlah menanti episode selanjutnya, jangan mengira Allah akan membiarkan kita larut dalam berbuat maksiat kepada Allah, jangan lupa tujuan utama manuasia diciptakan hanya untuk menjadi khalifah Allah dimuka bumi ini. lihat kembali isi dari sebuah hadist Rasulullah tentang penyebab kehancuran suatu daerah/negeri.

  1. Tidaklah muncul perbuatan keji pada suatu kaum hingga mereka melakukan terang-terangan melainkan akan menyebar di tengah-tengah mereka wabah tha’un dan kelaparan yang belum pernah terjadi pada nenek moyang sebelum mereka.
  2. Tidaklah megurangi takaran dan timbanagnn melainkan akan ditimpakan kepada mereka kesempitan (krisis) ekonomi dan kesewenang-wenangan (kezhaliman) para penguasa atas mereka.
  3. Tidaklah mereka menahan zakat harta mereka melainkan akan ditahan hujan atas mereka, seandainya bukan karena hewan ternak, niscaya tidak akan turun hujan atas mereka.
  4. Tidaklah mereka melanggar perjanjian yang ditetapkan Allah dan Rasul-nya melainkan Allah akan menguasakan musuh-musuh dari luar kalangan mereka atas mereka, lalu merampas sebagian yang ada ditangan mereka.
  5. Selama pemimpin-pemimpin mereka tidak berhukum kepada Kitabullah dan memilih yang terbaik dari yang diturunkan Allah melainkan akan Allah jadikan musibah diantara mereka sendiri.
"Akan ada pada umat ini nanti gempa yang menenggelamkan, hujan yang membinasakan dan kutukan yang menghinakan yang demikian itu jika mereka telah meminum khamar, mengambil gadis-gadis penghibur dan memainkan alat musik."
mari kita renungkan sejenak apa yang telah kita perbuat dengan mengenang kembali tsunami aceh 2004
Gempa bumi diiringi tsunami yang melanda Aceh, 26 Desember 2004 lalu, memang menyisakan begitu banyak duka, khususnya bagi warga Aceh. Gempa yang mengguncang Aceh pada pukul 07.58 pagi itu berkekuatan 9,3 skala richter, dan merupakan salah satu gempa terdahsyat dalam sejarah. Malangnya, tak sampai satu jam setelah gempa berlangsung, tsunami setinggi 30 meter menghantam pantai barat Sumatra dan menghancurkan sekitar separuh infrastruktur yang ada di daerah itu.

Tsunami yang melanda Aceh dan Pantai Barat Sumatra itu juga sampai ke berbagai negara lainnya di dunia, bahkan hingga ke Benua Afrika. Lebih dari 200.000 jiwa melayang dalam bencana itu. Sebagian besar di antaranya adalah warga Aceh, yakni sekitar 167.000 jiwa.

Aceh, Tanah Rencong yang selama era Orde Baru menjadi Daerah Operasi Militer, memang begitu istimewa. Provinsi terbarat Indonesia ini memiliki sejarah panjang, sejak zaman pendudukan Belanda, hingga tsunami melanda daerah itu 2004 silam. Keberanian rakyat Aceh memang sudah dikenal sejak dulu.

Luka yang diderita oleh warga Aceh memang tak mudah untuk disembuhkan. Ditambah lagi, provinsi ini juga kerap dilanda gempa sesudah peristiwa itu. Salah satu di antaranya adalah gempa yang terjadi 11 April lalu, yang mengguncangkan Bumi Serambi Makkah. Tapi, rakyat Aceh adalah pribadi-pribadi orang yang tangguh. Seiring berjalannya waktu, mereka pasti dapat mengatasi luka itu dan bangkit kembali. Museum Tsunami, yang berdiri gagah di Banda Aceh itu dapat menjadi bukti sejarah, betapa besarnya bencana tsunami 2004 lalu. [http://mizan.com]

0 komentar:

Posting Komentar